Makanan khas daerah yang dimodifikasi adalah salah satu bentuk penyesuaian terhadap perkembangan zaman. Ada banyak sekali manfaat dari lahirnya modifikasi, yang paling utama makanan khas daerah tidak tergerus seiring waktu. Dengan menambahkan beberapa hal yang disukai oleh masyarakat modern sekarang, kuliner daerah tetap dinikmati.
Indonesia adalah negara yang kaya akan banyak suku dengan ciri khas dan kebudayaan masing-masing. Salah satu yang bisa Anda temukan sangat beragam adalah kuliner. Setiap daerah di Nusantara memiliki hidangan tersendiri yang membedakan satu sama lain.
Agar tidak kalah dengan makanan kekinian atau makanan barat, maka mulai banyak bermunculan makanan khas daerah yang dimodifikasi.
Sebagian besar kawula muda sekarang ini lebih menyukai makanan cepat saji yang berasal dari mancanegara. Jarang mereka jajan makanan khas daerah, kalaupun pernah pasti bisa diitung jari.
Oleh karena itu, beberapa pedagang makanan lebih kreatif dalam menyajikan kuliner daerah agar disukai banyak orang. Yaitu dengan menghadirkan beberapa inovasi cerdas, seperti berikut:
Daftar Isi:
Cireng adalah makanan khas Sunda yang berbahan dasar tepung tapioka. Cireng biasa dihidangkan bersama saus sambal oncom pedas, tanpa isian. Namun, sekarang ini sudah banyak yang menjual cireng dengan berbagai macam isi.
Isian cireng sudah pasti kekinian seperti kornet, bakso, keju dan sosis. Beberapa penjual cireng sekarang juga ada yang menambahkan suwiran ayam.
Jika ingin yang agak mahal, maka ada cireng kelas atas dengan isian keju mozzarella. Bagaimana, makanan khas daerah yang dimodifikasi ini cukup menarik bukan?
Jika sebelumnya ada kuliner Sunda, kali ini giliran makanan khas Betawi yang mendapatkan sentuhan inovasi. Jika nasi uduk tradisional biasa dihidangkan bersama emping goreng, mentimun, irisan telur goreng, tahu goreng, abon, kering tempe sambal kacang dan suwiran ayam goreng.
Maka nasi uduk modern mengkombinasikannya dengan macaroon. Macaroon adalah biskuit khas Perancis yang bercitarasa manis. Perpaduan antara nasi uduk yang gurih dan penuh rempah, terasa begitu memanjakan dengan macaroon yang manis.
Ketan adalah makanan tradisional yang sudah ada sejak zaman Majapahit dahulu. Ketan biasa menjadi kudapan yang dihidangkan bersama secangkir teh hangat atau kopi. Seiring berkembng zaman, sekarang ini ada ketan susu.
Tansu begitu diminati oleh banyak orang karena ada tambahan cita rasa manis dan mengenyangkan. Tidak berhenti sampai disitu, penjual ketan juga menghadirkan beberapa macam topping.
Seperti topping coklat, parutan keju, bubuk green tea, kacang dan taburan kacang. Dengan adanya sentuhan tersebut, membuat ketan semakin naik kelas dan menggugah selera. Di daerah Anda sudah ada yang menjual tansu belum?
Pisang adalah bahan dasar untuk pembuatan berbagai jajanan tradisional Indonesia seperti gorengan, nagasari, bolu dan lain sebagainya. Selain itu, sekarang ini ada kreasi bernama pisang nuget. Hidangan kekinian yang tidak hanya lezat, namun juga memiliki tampilan menarik.
Pisang nugget semakin lezat karena diberi berbagai macam topping seperti irisan kacang, parutan keju, red velvet, vanila, nutella, cokelat, kacang almond dan lain sebagainya. Topping ini memberikan daya tarik tersendiri, khususnya bagi kawula muda.
Setiap orang zaman sekarang pasti menyukai kentang goreng yang biasa dijual di restoran cepat saji. Berawal dari tingginya minat tersebut, kemudian hadir makanan khas daerah yang dimodifikasi bernama tela-tela.
Tela-tela adalah singongkong yang diiris seperti potongan kentang goreng dan digoreng crispiy. Nantinya, ia diberi bumbu pelengkap agar memiliki rasa. Seperti bubuk bumbu pedas, gurih dan lain sebagainya.
Martabak adalah makanan khas Bangka Belitung yang sangat populer sampai berbagai daerah di Indonesia. Agar tidak sepi peminat, para penjual martabak mulai menghadirkan inovasi pada topping yang digunakan.
Jika dahulu hanya ada varian martabak asin, isi kacang, meses dan keju, maka sekarang lebih beragam. Mulai dari ovomaltine, nutella, oreo, kit kat, cokelat green tea dan lain sebaginya. Itulah mengapa martabak masih tetap disukai oleh banyak orang sejak dahulu sampai sekarang.
Crepes adalah hasil modifikasi dari makanan khas Solo bernama leker. Leker sendiri merupakan bahasa Belanda yang berarti enak atau lezat. Anda pasti sudah tidak asing dengan leker, karena biasa dijual di dekat sekolah atau pinggir jalan.
Leker adalah kue tipis dengan topping susu kental manis, potongan pisang dan meses. Nah, crepes hadir dengan ukuran lebih besar dan topping semakin banyak. Mulai dari topping tuna, jagung, selada, sosis, telur ayam, keju dan masih banyak lagi.
Makanan khas daerah yang dimodifikasi berikutnya adalah surabi, dimana sekarang lebih banyak pilihan isi sehingga lebih lezat. Sama seperti sebelumnya, kue tradisional ini banyak yang menggunakan topping kekinian. Seperti isi strawberry, blueberry, keju, durian dan lain sebagainya.
Meskipun sudah sering makan ayam geprek, mungkin banyak diantara Anda yang masih belum tahu bahwa ini adalah makanan khas Jogja. Kata geprek sendiri berarti remuk atau hancur.
Untuk menarik minat lebih banyak pembeli, pedagang ayam geprek mulai mengkombinasikannya dengan bahan kekinian. Seperti mozarella yang sangat diminati oleh masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
Dengan tambahan mozarella, ayam geprek menghadirkan cita rasa pedas manis yang bikin lidah bergoyang. Jangan heran apabila Anda ingin mencicipinya kembali di lain waktu.
Demikianlah pembahasan ringkas mengenai ragam makanan khas daerah yang dimodifikasi dan mulai populer. Sehingga, kue surabi, laker dan ketan terus diburu banyak orang meski sudah ada sejak dahulu.
Seorang programmer yang suka menjelajahi berbagai macam rasa. Suka tidur, makan dan nonton. Sesekali menulis untuk menunjukkan eksistensi.
©2024 MenuKuliner.net.